Wednesday, May 15, 2019

Tahun 2019 udah masuk bulan Mei tapi gw belum posting apa-apa, padahal di otak udah banyak banget yg mau ditulis. Plese teknologi.... bikinlah sesuatu auto nulis. Apa jangan-jangan udah ada? hehehe
Tapi syukurnya banyak urusan rumah tangga kelar di bulan Mei 2019 ini, the biggest one is... KPR. langsung aja deh gw dongeng..

Kriteria rumah idaman


  • Lokasi

Sejak pertama kali suami dapet kerjaan yang tetap di Garut, kami udah berencana untuk mengambil rumah di Bandung. Terhitung dari awal Januari 2018 kami mulai hunting hunting rumah di Bandung. Awalnya seneng, semangat gtu kan tiap weekend jalan-jalan liat rumah-rumah di bangun. Makin lama makin capek karena banyak juga yang nggak sesuai kriteria. Gw maunya rumah itu :
1. nggak jauh dari kantor gw daerah Gasibu
2. lebih prefer ke Bandung Timur biar searah Garut, tapi nggak mau yang ngelewatin Jalan Soerkarno Hatta. Kayak mager aja gtu tiap hari harus lewatin jalan panjang, macet, lampu merah lama, setiap hari. Jd dari awal udah coret daerah Ciwastra-Margahayu-dll.

Sedangkan, kriteria suami adalah :
1. di dalem komplek, so di dalamnya udah banyak fasum, bukan jalanan umum jadi anak anak save bersepeda diluar rumah;
2. lebih prefer baru karena nggak perlu menebak-nebak history rumah itu pernah kejadian apa gimana.

Sampai pas bulan Maret 2019, rumah kontrakan gw di Jatihandap banjir bandang. Komplek gw kenak. Rumah gw?? Jangan ditanya. Air lumpur masuk ke kamar, dapur, kamar mandi, hampir seisi rumah tergenang lumpur. Dan itu gw lagi hamil 6 bulan harus banget nguras lumpur sepulang kerja. Dari kejadian itu sepertinya lebih baik jangan daerah yang naik ke atas, dan bener juga akhir-akhir ini sering denger banjir yang sama di daerah Cikadut-Ujung Berung. Dan satu hal penting banget :: Kami nggak mau rumah yang ada opangnya. Orang-orang males yang nyusahin urusan orang lain. Semoga kalian segera musnah dari muka bumi. Kami pengen bebas pake Gojek dan Grab. OK!

http://cdn2.tstatic.net/jabar/foto/bank/images/ojek_20170915_142748.jpg
Opang ganas agresif takut :(



  • Harga bersih

Jadilah pilihan kami mengerucut di Antapani dan Arcamanik. Kami tetep survey juga rumah-rumah second, tapi ternyata harga nggak beda jauh sm rumah baru. Nih ya, gw kasih tau. Kadang pemilik rumah tuh nggak tau diri. Siapa sih yang nggak pengen untung hasil jual rumah? Semua orang berharap untung, tapi mbok ya liat-liat harga barunya berapa. Belum lagi kalo beli bekas kena PPN 10% dan biaya-biaya lain yang nggak kecil. Dan semua itu pembeli yang nanggung.
Kayak gini perhitungan kami saat itu :
1. Rumah baru harga 740juta all in :: PPN, BPHTB, BBN, udah dari notaris (rumah ini akhirnya gw ambil)
2. Rumah bekas dengan lokasi yang nggak jauh dari rumah pertama, malah agak jauh lagi masuk ke dalem, dengan luas yang kurang lebih sama. Harga 575juta. Gw nggak ngerti nih detailnya gimna, itungan kasarnya aja pembeli harus bayar :
PPN 57,5 juta
BBN 25jt
Renovasi (tak terhinggan tergantung kondisi rumah)
Belum lagi waktu kebuang urusin take over misal rumah masih KPR, harus nyari-nyari dokumen IMBnya dll.



Dengan pertimbangan ini gw ambil rumah pertama. Sebelumnya selama berbulan bulan pencarian gw mmebuahkan hasil pilihan rumah 1 di Arcamanik, atau sebuah perumahan di Ujung Berung. Setelah banjir bandang dan (lagi-lagi) berita opang jahat ke ojol, kami mantap ambil rumah 1. Buat para newly wed yang lagi nyari rumah, jangan pernah liat rumah dari harga yg di brosur aja. Kadang rumah baru pun kayak rumah bekas, pembeli bayar semua. Dan biaya lain-lain itu bisa sampai 20% dari harga rumah.


  • Ready stock vs Indent

Udah menentukan pilihan kayak gw, ternyata belum menjamin final. Karena rumah pertama ini pas gw ksana masih berupa kavling tanah. Mungkin kalau udah ready harganya nggak 740jt lagi kali yah. Poin minusnya dari rumah yang masih tanah yang pasti ya soal kapan rumah itu jadi, sehingga bisa ditempati (dan nggak keluar duit kontrakan). Kami pun harus ikhlas menambah setengah tahun kontrakan kami karena rumah itu sampai dengan masa kontrakan habis tak kunjung selesai di bangun. Hal inipun menjadi pertimbangan kami dalam hal pembayaran. Rumah kandidat yang gw coret sebelumnya yang di Ujung Berung itu ready stock, itulah kartu Asnya dia.



Jangan pernah tergiur omongan sales, mereka penuh tipu daya!
Sejak kami tertarik, si sales sering menakuti bhw kavling incaran kami banyak yang mau kalau nggak segera di DP ntr diambil orang. Simpel aja gw bales kalau diambil yaudah gw ambil sebelahnya wkwkkwkw. Ntr beberapa hari kemudian dia nakutin lagi kalau bulan depan harga naik. Helooowww bapak sales, beli rumah jangan samakan beli baju. Kalau udah DP tapi rumah masih nggak ada progres gimana dong, amit amit nih ya kalau harus bayar KPR + bayar kontrakan. Mencreeeet akuuuuh!
Jangan sampai kita newly wed didikte sama sales rumah, kita yang bayar tuh rumah bukan dia. Kami pun membayar booking fee setelah rumah itu dipasang pondasi. Itupun hanya 20% dari total booking fee. 80% sisanya kami bayar setelah pondasi itu naik beberapa bata. Keputusan ini bagus banget mengingat developer rumah incaran gw punya rules harus bayar DP maksimal seminggu setelah booking fee. Jadi ya booking fee ini kuncinya.


  • Kualitas Rumah
Selain itu, rumah pilihan gw ini insya Allah secara kualitas juga bagus. Buat yang beli rumah baru, nama baik developer itu penting dipertimbangkan. Di Bandung ini ada developer besar, dia punya rumah semua segmen, dari rumah mini nan hemat, sampai rumah mewahnya. Ternyata yang sesuai kriteria kami mahal di produknya dia. Kami nggak jadi ambil produk developer ini.
Sebagai awam sih kami liatnya rumah yg kami pilih (ada contoh rumah jadi di blok yang pertama dibuka), pintu dan kusennya kayu utuh,  pemilihan westafel, toilet, dan kitchen set dari bagus, dinding rumah dari bata merah. Kalau yang di Ujung Berung tuh kusennya aja dari alumunium hehhe

Next gw mau share memilih bank penyedia KPR dan biaya biaya tersembunyi dibaliknya. Bisa lanjuttt kesini ya


story of my lyfe . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates